SEJARAH SINGKAT PEMERINTAHAN DESA TEMON

Sejarah Singkat Terbentuknya Desa Temon 

            Pada jaman dahulu ada seorang abdi dalem dari kerajaan Mataram yang pada waktu itu menjadi tokoh perang untuk melawan pemerintahan Belanda antara lain bersama para tokoh lainnya yaitu :
- Sosro Binorong.
- Sosro Semito
- Mbok Nyai Perang
- Den Mursiyah
- Den Banci
- Rahtahwu
- Ngleno
        Bahwa  pada saat itu Sastro Binorong adalah seorang juru srati kuda dari Sosro Kusumo atau Pangeran PUGER ( Bupati Grobogan ) yang pertama. Pada Waktu itu Sastro Binorong termasuk Juru Srati yang dikasihi oleh Pangeran PUGER karena sebagai abdi dalem terlama dan sangat setia.
       Pada suatu hari sang Pangeran melakukan perjalanan dengan diantar Oleh para abdi dalem termasuk Juru Srati Sosro Binorong,karena sudah tua  sang Juru Srati Sosro Binorong merasa kelelahan maka sang juru Srati akhirnya berteduh dibawah pohon Trembesi sampai akhirnya meninggal dunia tepatnya berada dibelakang Balai Desa Temon  yang jasatnya dimakamkan dibawah pohon Trembesi yang sekarang dijadikan makam umum yang terletak dibelakang kantor BALAI DESA TEMON.
Adapun asal nama TEMON berasal dari KI DALANG SOPONYONO yang waktu itu sedang dipanggil Pentas WAYANG / NDALANG di dusun Mayang, dalam perjalanan pulang pakaian dan bengkungnya jatuh tidak diketahui dimana dan dicari kesana kemari dan akhirnya diketemukan oleh rekannya bernama KI AGENG SELO dengan ucapan “Besok Rejane Jaman tak kasih nama TEMON, yang berarti tempat ditemukannya pakaian KI  DALANG  SOPONYONO yang hilang. Pada waktu itu desa Temon dihuni oleh sekelompok kecil masyarakat yang dipimpin oleh seorang DEMANG. Dalam perjalanan pemerintahannya tersebutlah seseorang bernama Sosro Semito dan istrinya bernama Mbok Nyai Perang. Mereka merupakan sepasang suami istri pada jaman kerajaan Mataram. Mereka sebagai abdi  dalem Mataram pada zaman Belanda menjajah Mataram, dan terjadilah perang yang akhirnya abdi dalem Sosro Semito beserta istrinya Mbok Nyai Perang melarikan diri kesana kemari untuk mencari tempat yang lebih amanyaitu dibawah pohon, disitulah mereka bisa hidup tentram besama istri dan kuda peliharaannya. Lama kelamaan mbah Sosro Semito terjebak oleh prajurit Belanda yang pada akhirnya terjadi perang berbulan bulan. Adapun kuda peliharaannya tidak terurus dan tidak diberi makan minum padahal kuda tersebut diikat dibawah pohon besar. Lama-kelamaan kuda tersebut tidak makan dan tidak ada yang ngasih minum lama-lama kuda tersebut terkena penyakit dan akhirnya mati. Disaat Sosro Semitro dan istri pulang kembali menemui kudanya yang sudah mati mereka menangis hebat / KITRANG, dalam tangisannya Ki Sosro Semito berkata “Besok rejane jaman tempat ini saya beri nama TANGSRI, dan Ki Sosro Semito  adalah memiliki nama asli KI AGENG LAGAR dan  sampai sekarang tempat tersebut terkenal dengan nama MAKAM NGLAGAR dan menjadi tempat PEPUNDENE mayarakat Tangsri.
Tersebutlah seorang bangsawan pada saat perang dengan nama RAHTAHWU. Dia dikejar-kejar oleh Belanda yang ingin menjadikannya sebagai budak hingga akhirnya melarikan diri dengan kudanya, karena sangat kencang lari kudanya dan menimbulkan suara “TING TANG“ dan sampai sekarang tempat tersebut terkenal dengan nama dusun “KETITANG “.
Pada jaman itu tersebutlah seorang wanita yang bernama Raden Mursiyah, dia adalah keponakan dari Sunan Ngampel. Ia melakukan perjalanan dari kota Gresik menuju kebarat dan sampailah ia di suatu tempat yang disebut sekarang dusun Calebung. Ditempat inilah ia bertempat tinggal dan hidup sebatang kara. Karena ia sudah tua maka ia sering sakit-sakitan hingga akhirnya ia meninggal dunia dan dimakamkan dipemakaman umum yang sekarang disebut  MAKAM NGAMPEL yang sekarang di dusun Tangsri sebelah selatan.
Tersebutlah seorang abdi dalem pada masa kerajaan Hindu pada jaman penjajahan Belanda yang bernama Ki AGENG NGLENO. Perangpun terjadi antara pemerintah Belanda dengan Mataram, Ki Ageng Ngleno melarikan diri dan singgahlah ia disuatu tempat yang dianggapnya aman dan ia hidup sebatang kara. Pada suatu hari terjadilah musibah bencana dan angin topan yang sangat dahsyat hingga jatuhlah sebuah GUBUG  ditempat tersebut yang terbawa angin kencang dan ia pun berucap suatu saat nanti / Rejaning jaman tempat tersebut saya beri nama dusun BOGANGIN. 
         Dengan adanya peristiwa demi peristiwa tersebut diatas menimbulkan dorongan untuk membentuk seorang pimpinan dimasing-masing dusun yaitu DEMANG, dan dari masing-masing dusun sepakat untuk membentuk suatu desa yaitu DESA TEMON dan terbentuknya DESA TEMON pada waktu itu dipimpin oleh seorang Lurah yang pertama kalinya yaitu bernama SASTRO MIHARJO dan bersamaan dengan jalannya roda pemerintahan sampai sekarang disebut DESA TEMON.

Nama Demang / Lurah / Kepala Desa Sebelum dan Sesudah Berdirinya Desa Temon

- SASTRO MIHARJO ; PERIODE 1947 - 1964.
- SUDARJO ; PERIODE 1964 - 1968.
- SUKAPTO ; PERIODE 1968 - 1971.
- SULADI ; PERIODE 1971 - 1989.
- KAERAN ; PERIODE 1989 - 1999.
- JASRI ; PERIODE 1999 - 2013.
- RETNO ARYAWAN ; PERIODE 2013 - Sekarang.

Pembagian Wilayah Pemerintahan Desa Temon

- Dusun Temon terdiri dari "1 RW dan 4 RT"
- Dusun Tangsri terdiri dari "1 RW dan 4 RT"
- Dusun Ketitang terdiri dari "1 RW dan 4 RT"
- Dusun Bogangin terdiri dari "1RW dan 4 RT"
- Dusun Calebung terdiri dari "1 RW dan 4 RT"
- Dusun Ngrigo terdiri dari "1 RW dan 3 RT"

Komentar

Unknown mengatakan…
Asal mula dusun ngrigo
Mbah Bedjo mengatakan…
Bagaimana riwayat dari Ki Ageng Ngleno

Postingan populer dari blog ini